LAPORAN PRATIKUM III FILUM MOLLUSCA


LAPORAN PRATIKUM  III
FILUM MOLLUSCA

Oleh :
Syahirul Alim (1512220022)


Dosen Pembimbing:
Rismala Kusuma, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Maskoeri, 1992).
 Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatiafulica) (Mukayat, 1989).
 Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989).
Coelenterata Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda.  Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang terbuka (Rusyana, 2014).

1.2  Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari pratikum pratikum filum  mollusca yaitu
1.      Mengetahui marfologi dan anatomi bekicot (achatina fulica)
2.      Mengetahui marfologi dan anatomi cumi-cumi (loligo peali)















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Mollusca
Berdasarkan bidang simetri, kaki , cangkok, mentel, insang, dan sistem syaraf mollusca terdiri dari liam kelas yaitu : (1.) Ampineura (2)Gastropoda (3) scaphoda ( 4) cephalapoda dan  (5) pelycepoda
a)      Kelas  Ampineura
Contohya chiton. Tubuhnya seperti elips. Dengan bagian kepala tereduksi, bilateral simetri, mempunyai radula bagian dorsal tubuhnya terdiri atas delapan segmen , kaiknya pipih dan terletak di permukaan ventral, sistem syaraf  terdiri atas, cicin syaraf yang mengelilingi syaraf dengan dua pasang jala syaraf yang menuju kebagian ventral jen9s kelamin terpisah, larvsnys yang disebut trochopora. Chiton menyerap perlahan di dasar laut, pada batu-batuan yang lunak. Bagaian dorsal tubuhnya terdiri dari keping-keping kapur. Sandi antar keping-keping kapur dapat di bengkokan sedemikian rupa sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Mulut dan anus terletak pada bagian ujung yang berlawanan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang belum sempurna . tidak mempunyai tentakel  dan tidak mempunyai mata. Sistem syaraf terdiri atas cincin sirkum esafagus, dan dua cabang syaraf (mensyarafi kaki dan mentel). Sismtem pencernaan makanan melaluidari mulut dan berahir dengan anus. Pencernaan makan terhadap kelenjar ludahdan kelenjar hati. Sistem peredaran darah dibagian posterior terapat jantung, aorta, dan sebuah sinus darah mendapat O2 dari insang. Sistem ekresinya menggunakan sepasang ginjal. Yang salaruan yang bermura kebagian pasterior. Sistem reproduksi kelamin terpisah larvanya di sebut ctrochopora (Rusyana, 2014).
b)      Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas mollusca yang terbesar dan populer. Ada  sekitar 50.000 spesies gastropoda yang amasih hidup dan 15.000 yang telah menjasi fosil. Oleh karena itu banyak jenis gastropoda maka hewan ini baynyak di temukan. Sebagian besar gastropoda  menpunyai cankok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuh tubunya sesuai dengan cangkok. Pada hal waktu larva, bentuk tubunya simetri bilateral. Anamun ada pula gastropoda  yang tidak memiliki cangkok sehingga sering di sebut dengan siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di lautdan ada pula yang hidup di darat. Pernapasan gastropoda  yang hidup di darat menggunakan paru-par, ssedangkan yang hidup di laut atau di air bernafas dengan insang. Gastropoda  mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina atau gabungan yang di sebut juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan yang hemaprodit, tapi tidak mampu melakukan autofetilisasi. Adalt ekresinya berubah sebuah ginjal yang terletak pada jantung. Hasil ekresi di keluarkan dalam rongga metel sistem peredaran darah adalah peredaran darah terbuka. Jatung terdiri dari serabi dan bilik (vetrikel) yang terletak dalam rongga tubuh (Rusyana, 2014).
c)      Kelas  scaphoda
Contonya dentalium anggota dari kelas ini hidup dengan cara membenamkan diri  di pasir laut dangkal atau sewaktu0waktu di laut dalam. Bebrapa spesies lebih dari 3 inch panjangnya, tetapi fosil-fosil dapat mencapai dua kaki.  Makannya berupa hewan tau tubuhan yang bersipat mikroskopis. Struktur tubuah hewan ini di sebut juga cangkong gigi atau cangkong gading atau taring gajah, karena cangkonya terbullar sperti taring atau gading gajah. Tubuhnya bulat memanjang , di tutupi oleh mentel yang dapatmembentuk cangkok tubular dan keuda ujungnya terbuka. Kaki menonjol berbentuk kerucut, di dekat kaki terdapat mulut. Mulut memiliki radikula dan tentakel (bertindak sebagai organ sensoris dan berfungsi untuk memegang). Sistem sirkulasi dan respirasi di lalukan oleh mentel . sistem rastikula nya hanya terdiri dari atas sinus yang tersebar di antara organ tubuh. Sistem eksresi dilaikukan oleh buah kantung menyerupai ginjal dan mempunyai lubang terbuka keluar dekat anus. Sistem reproduksi jenis kelami terpisah, larvanya disebut trachopora (Rusyana, 2014).


d)       Kelas pelecypoda
Kelas ini mengikuti remis, tiran dan bangsa kapah lainnya. Habitatnya di air tawar dan di laut. Beberapa jenis membenamkan diri di pasir atau lumpur, da juga yang bergerak pelan atau menepel pada objek  tertentu, kelas ini terdiri dari lebih dari 7.000 spesies yang tersebar luas di seluruh dunia. Ukurannya berkisar mulai 1 mm hingga 1 m (kerang raksasa) tetapi kebayakan berukuran 1 inch hinga 2 inch. Contohnya Anodonta woodiana  strukturtubuhnya cangkong terdiri ats dua bagian , kedua cangkok tersebut di satukan oleh satu sandi elastis yang di sebut hinge  (terletak di permukaan dorsal). Bagaian dari cangkok yang membesar atau mengelembung dekat sendi disebut Umbo (bagian cangkok yang umurnya paling tua). Di sekitar Umbo  tersebut bergasris konsentris yang menjunjukan garis interval pertumbuhan. Sel epithel bagian luar dari mentel menghasilakan zat pembentuk cangkok.  Cangkok tersebut terdiri dari tiga lapisan yaitu 1. Periostrakum lapisan ini yang palng luar yang terbuat dari bahan organik konkiolin, seing tak ada pada bgia Umbo. 2. Prismatik  lapaisan bagian tengah yang terbuat dari kristal–kristal kapur (kalsium karbonat). 3. Nakreas lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal-kristal kalsium karbonat dan mengeluarkan bermacam-macam warna jika terkena  cahaya. Sering juga disebut lapisan mutiara. Lapisan nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel, sedangkan lapisan periostakum dari lapisan prasmatik di hasilkan oleh bagian tepi mentel. Proses pembentukan mutiaran. Ketika substansi asing sepertihalnya butiran butiran pasir masuk kedalam batas antara mentel bagian tepi dan kutup (valvel), lapisan empitelum mentel mehasilkan lapisan mutiara  dan membungkus subtansi asing tersebut. Lapisan mutiran yang berbentuk kemudian dapat saja memecahkan mentel emptelium dan masuk kedalam rongga mantel atau pada katup (valve) (Rusyana, 2014).
e)      Kelas chepalapoda
Kelas ini meliputi cumi-cumi, sotong, nauttilus (satu-satunya kelas chepalopoda yang mempunyai cangkok luar). Octopus (gurita) mempunyai ukuran yang sangat besar. Berdasarkan struktur anatomi cumi-cumi lebih maju dari kepah. Struktur tubuhnya beradaptasi terhadap kehidupan yang dapat berenang bebas. Cephalopoda kakinya terletak di bagian kepala, mengalami modifikasi dan berfungsi untuk memegang (ber-sucker), sedangkan mentel beradaptasi untuk berenang. Contonya loligo peali struktur tubuh terdiri dari (1). Kepala (2). Dan bdan yang di bubungkan oleh leher (Rusyana, 2014).

2.2  Keoang atau bekicot
a.    Ciri Morfologi keong mas
Bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan siput sawah yang disebut gondang, bedanya cangkang keong mas berwarna kuning keemasan hingga coklat transparan serta lebih tipis. Dagingnya lembut berwarna krem keputihan sampai merah keemasan atau oranye kekuningan, besarnya kurang lebih 10 cm dengan diameter cangkang 4-5 cm. Bertelur di tempat yang kering 10-13 cm dari permukaan air, kelompok telur memanjang dengan warna merah jambu seperti buah murbai karena itu disebut siput murbai, panjang kelompok telur 3 cm lebih, lebarnya 1-3 cm, dalam kelompok besarnya 4,5-7,7 mg ukuranya 2,0 mm (Riyanto, 2003).
 Menurut Halimah dan Ismail (1989), ciri-ciri keong mas secara garis besar adalah sebagai berikut: cangkangnya berbentuk bulat mencapai tinggi lebih dari 10 cm, berwarna kekuningan. Pada mulut cangkang keong mas terdapat operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat kehitaman pada baian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian dalamnya. Pada bagian kepala terdapat dua buah tentakel sepasang terletak dekat dengan mata lebih panjang dari pada dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segitiga dan mengecil pada bagian belakangnya, mereka dapat hidup pada perairan yang deras dengan komponen utama tumbuhan air dan bangkai (Riyanto,2003).
b.    Perkembangan populasi  
 Menurut Puslitbang Biologi LIPI keong mas memilliki daur hidup yang singkat dari stadium telur sampai stadium berikutnya memerlukan waktu tiga bulan, memiliki keperidian (kemampuan memproduksi telur per induk betina) berkisar antara 300-500 butir telur, keong mas lebih cepat pertumbuhannya. Kemampuan menghasilakn telur tergantung pada induk betina seekor induk betina berumur 6 bulan (berukuran 6-7 cm) sekali bertelur mampu menghasilkan 1.000 butir telur, telurnya bergerombol berwarna merah jambu, ukuran kelompok telur mencapai 6 cm, lebar 2 cm, tebal 1 cm (Riyanto,2013)
Menurut Balai Informasi Pertanian (1990/1991), pergeseran status keong mas menjadi hama tanaman di Philipina dimungkinkan oleh perkembangan budidaya keong mas secara alami misalnya dipelihara dalam kolam tanpa semen sehingga, jika terjadi banjir atau topan dapat membantu penyebaran keong mas ini. Sebenarnya keong mas tidak banyak bergerak sehingga dapat dipelihara dengan kepadatan yang tinggi anatar 250-500 ekor / meter (Riyanto,2003).
c.         Faktor Biotik
 Menurut Balai Penelitian Sumatera Selatan habitat hidup keong mas adalah kawasan rawa-rawa yang banyak ditumbuhi keladi (Caladium sp), karena tanaman ini sukar ditemukan, maka keong mas mencari tempat sesuai sebagai habitat hidupnya adalah areal persawahan yang baru ditanami tumbuhan padi (Riyanto, 2003).
 Menurut Chairperson (1989), hewan predator dari keopng mas adalah semut, capung, kepiting, ikan, katak, bebek, burung, tikus, dan manusia, sedangkan menurut Sumarjanto (1991), musuh alami keong mas antara lain: katak, burung, reptil, lebah dan semut merah. Binatang binatang ini dimanfaatkan untuk mengurangi populasi yang besar secara biologis dengan cara memakan keong mas dan telurnya. Keong ini bersifat omnivora menyukai sayur-sayur seperti kubis, sawi, daun pepaya dan talas (Riyanto, 2003).
Menurut Tarupay  (1990), secara khusus keong mas ini memakan lumut, tanaman air, umbi-umbian, dedak, pellet, sisa sampah dapur, organisme mati, dan sayur-sayuran segar seperti daun sawi, daun pepaya, daun talas dan daun singkong. Di negara Philipina ditemukan keong mas memakan azola, kangkung, dan rumput, sedangkan keong mas kecil memakan lumut, plankton, dan tumbuhan air lunak. Keong mas memiliki musuh alami seperti semut merah, burung, laba-laba, berbagai jenis reptil dan tikus yang memakan induk dan telur (Riyanto, 2003).
Menurut Norman (1990), keong mas memiliki kelebihan bisa memakan apa saja seperti talas, singkong, sayur-mayur dan daun pepaya. Keong mas berasal dari perairan tawar Amerika Selatan dan Amerika Utara makanan kesukaannya adalah berbagai macam tumbuhan air (Pikiran Rakyat, 1992). Dan Menurut Vaviarman (1993), di kabupaten Musi Rawas salah satu yang efektif dan menguntungkan untuk memberantas keong mas adalah diberantas dengan kodok lembu, selain itu kodok ini dapat mengkonsumsi eceng gondok (Riyanto, 2003).
Menurut Ramli (1984), produsen adalah tumbuhan hijau yang dapat melakukan fotosintesis menggunakan zat-zat dari persenyawaan, sinar matahari menghasilkan substansi organik, karbon dioksida dan air, sedangkan konsumen adalah organsime yang memakan produsen seperti hewan herbivor seperti belalang, siput dan ikan. Sedangkan hewan yang memakan konsumen primer disebut konsumen sekunder. Di beberapa daerah keong mas biasanya dimakan dan dikumpulkan untuk pakan ternak seperti bebek, udang, dan lele dumbo (Kompas, 1992). Pada tanaman padi keong mas dapat beradaptasi dengan baik, bahkan mampu hidup di tempat yang kering selama enam bulan. Keong ini mampu hidup selama tiga tahun dengan mengkonsumsi tumbuhan air di persawahan dan saluran irigasi (Riyanto, 2003).
Keong mas suka memakan tumbuhan padi muda yang berumur 1-3 minggu setelah ditanam tetapi tidak memakan padi yang telah berumur tiga bulan, karena itu di beberapa tempat petani melepaskan bebek atau itik ke areal persawahan yang pada saat itu padi berumur 35-40 hari (Kompas, 1992). Menurut Illyas (1993), di kelurahan Kasang kecamatan Jambi Timur keong mas mampu menyerang tanaman kangkung yang merupakan mata pencaharian masyarakat dengan luas sekitar 14 hektar. Lahan kangkung ini berangsur-angsur rusak akibat dimakan keong mas yang berukuran sedang (4-7 cm). Sebelum keong mas menyerang lahan kangkung kelurahan Kasang, keong ini menyerang lahan sawah yang baru ditanami padadi di kabupaten Kerinci dengan luas mencapai 500 hektar.  Sifat biologi keong mas salah satunya adalah sangat rakus karena dapat mengkomsumsi ganggang, azola, lumut, ubi-ubian, talas, kangkung, eceng gondok, sisa sampah dapur, detritus, dedak, katul, pelet, tulang berdaging, bangkai asalkan pakan tersebut tidak bergerak dan berada dalam air terapung dan tenggelam (Riyanto,2003).
d.        Faktor abiotik
 Menurut Halimah dan Ismail (1989), keong mas hidup pada suhu berkisar antara 23-32 0C, oksigen terlarut berkisar antara 0-5,27 ppm, meskipun oksigen terlarut mendekati nol atau bahkan nol ternyata keong mas masih mampu hidup. Menurut Sumarni (1989), keong mas menghendaki pH air berkisar antara 5-8. Menurut Hunter (1964) dalam Nurhayati (1993), menyatakan bahwa moluska dapat hidup pada pH di bawah 6. Seekor induk betina keong mas dapat menghasilkan 10-12 kapsul telur selama 1 bulan, telur-telur itu akan menetas lebih dari 10 hari pada suhu 23-32 0C dengan daya tetas 60-70 % (Dinas Perikanan, 1990). Menurut Fregburg dan Harelwood (1965), temperatur sangat kecil mempengaruhi kehidupan keong mas serta tidak ada yang menunjukkan hubungan jelas antara kebutuhan oksigen, jenis kelamin, temperatur dan berat badan. Pomacea sp hanya mampu hidup efektif pada suhu 10-35 0C (Riyanto,2003).
Menurut Nurhidayati (1993), keong mas menyukai perairan jernih yang banyak tumbuhan airnya, disamping itu sangat menyukai tempat yang berlumpur karena pada saat terik siang hari keong ini bersembunyi di dalam lumpur. Menurut Frashad (1925), keong Ampullaridae hidup pada berbagai perairan tawar antara lain kolam, danau, tangki, sungai kecil dan sawah. Jenis keong ini lebih menyukai perairan jernih dengan dasar air berlumpur dan paling banyak ditemukan pada area dengan pergantian air.  Menurut Evan dan Hutabarat 91985), unsur abiotik dalam ekosistem berperan sebagai faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya dan berbeda untuk setiap jenis bergantung pada kisaran toleransinya. Faktor pembatas tersebut misalnya temperatur, pH, oksigen terlarut, dan keadaan subtrat perairan yang dapat mempengaruhi keadaan jenis organisme yang hidup pada subtrat tersebut. Sifat substrat merupakan salah satu lingkungan fisik yang turut mempengaruhi penyebaran invertebrata. Substrat batu-batuan biasanya akan dihuni oleh epifauna sedangkan subtrat lumpur adan pasir akan dihuni oleh infauna. Menurut Lacanilao (1990) dalam Nurhidayati (1993), kualitas air dan temperatur hanya berpengaruh pada ukuran kelompok telur dan lamanya penetasan. Sedangkan menurut Guerrero (1989), keong mas sangat tahan dan mampu hidup di air dengan oksigen terlarut yang rendah dan polusi organik (Riyanto, 2003).

2.3 Cumi-Cumi (Loligo Peali).
Tinta cumi-cumi bersifat alkaloid, sehingga tidak disukai oleh predator, terutama ikan.  Alkaloid merupakan kelompok terbesar dari metabolit sekunder yang beratom nitrogen dan bersifat basa, beberapa alkaloid dilaporkan ada yang memiliki manfaat  dalam pengobatan (Mukholik, 1995). Tinta cumi-cumi ini mengandung butir-butir melanin atau pigmen hitam. Melanin alami adalah melanoprotein yang mengandung 10-15%  protein, sehingga menjadi salah satu sumber protein yang baik karena sama baiknya dengan kandungan protein pada dagingnya (Astawan, 2008). Selama ini banyak masyarakat yang menganggap tinta cumi-cumi tidak bermanfaat sehingga jika mengolah cumi-cumi, cangkang dan kantong tintanya dibuang. Padahal tinta memiliki banyak manfaat dan khasiat. Tinta cumi-cumi sudah banyak dikenal dalam dunia kuliner. Di Jepang, tinta cumi-cumi dipakai sebagai bahan peningkat cita rasa, selain itu tinta cumicumi juga memiliki khasiat untuk kesehatan (Sasaki, 1997). Tinta cumi-cumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam proses diversifikasi produk. Salah satu produk yang perlu dilakukan diversifikasi adalah mi. Mi merupakan produk yang sangat digemari oleh masyarakat indonesia, baik anak–anak, orang dewasa maupun lanjut usia. Namun kandungan gizi dalam mi belum menunjang  nilai gizi yang diperlukan oleh manusia, terutama anak–anak yang sangat membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mi sangat digemari mulai anakanak hingga lanjut usia, karena rasanya enak, praktis, dan mengenyangkan. Mi basah yang beredar dipasaran nutrisinya kurang baik, yaitu kadar airnya tinggi, protein rendah, vitamin rendah. Selain itu, mi basah kurang elastis dan agak lengket. Hal ini mendorong para pengusaha untuk menggunakan berbagai bahan tambahan yang memungkinkan terjadinya proses gelatinisasi pati-protein sempurna (Agusandi, 2013).
Selain itu para produsen mi juga sering memberikan bahan tambahan yang dlarang untuk makanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) terbagi kedalam bahan tambahan makanan yang memang digunakan untuk makanan (food grade) seperti asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium benzoat, sedangkan bahan tambahan yang tidak boleh digunakan untun makanan (non food grade) diantaranya adalah dulcin, kalsium klorat, formalin, asam borat (Agusandi, 2013).
Pada mi basah bahan non food grade yang biasa ditemukan adalah asam borat atau biasa disebut boraks, menurut beberapa produsen mi basah, penggunaan boraks pada pembuatan mie akan menghasilkan tekstur  yang lebih kenyal sedangkan pemberian pewarna agar mi basah lebih menarik, namun seringkali yang digunakan adalah pewarna kimia yang dapat berisiko toksik bagi tubuh, hal ini  jika digunakan secara berlebihan akan menyebabkan terjadinya akumulasi didalam tubuh manusia sehingga menimbulkan efek toksik seperti formalin yang dapat menyebabkan muntah dan diare (Widyaningsih, 2006). Untuk itu diperlukan alternatif lain yang bersifat aman, ekonomis dan dapat meningkatkan kualitas nutrisi. Selama ini tinta cumi cumi belum banyak dikenal padahal didalam tinta cumi-cumi mengandung protein sekitar 10,88%, protein ini sama baik dengan protein yang ada pada daging cumi-cumi, kadar abu tinta cumicumi adalah 2,74% (Mukholik, 1995), sedangkan Anonymous (1972), menyatakan bahwa kadar air tinta cumi-cumi (Loligo sp.) rata-rata 78,46%. Dalam industri jasa boga, seperti Italia telah memanfaatkan tinta cumi cumi sebagai sebagai salah satu bumbu masakan pasta. Di Jepang, kantong tinta cumi-cumi  (Loligo sp.) yang berwarna hitam dipakai untuk meningkatkan flavor dan cita rasa, selain itu warna yang dihasilkan dari pigmen juga dapat meningkatkan manfaat bahan pangan, setiap warna yang terdapat pada bahan makanan dapat menunjukkan adanya senyawa fitokimia tertentu yang memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Astawan, 2008). Dengan penambahan tinta cumi-cumi ini diharapkan mi yang dikonsumsi akan memiliki kualitas fisik dan nutrisi yang baik sehingga aman, sehat dan bergizi untuk dikonsumsi (Agusandi, 2013).


                 

















BAB III
METODOLOGI PENELITAAN


3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Zoologi Invertebrata tentang Filum Mollusca dilaksanakan pada Rabu, 27 April 2016 pukul 10.00-12.00 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
adapun alat yang digunakan dalam pratikum filum mollusca (bekicot achatina fulica dan cumi-cumi loligo peali) yaitu silet, jarus pentol, sterofoom, cutter.

b. Bahan
adapun bahan yang di gunakan dalam pratikum filum  mullusca bekicot (achatina fulica) dan cumi-cumi (loligo peali).

3.3  Cara kerja
1.      Amatilah marfologi cumi-cumi dan bekicot di atas sterofom.
2.      Gambar dan catat hasil pengamatan
3.      Amatilah anatomi cumi-cumi dan bekicot
4.      Potong dari ujung kepala dengan perlanan sampai anus cumi-cumi dan bekicot
5.      Amatilah dan gambar hasilnya









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN


4.1  Hasil                    
Tabel 1. Pengamatan marfologi  bekicot (achatina fulica)
Foto
Gambar reperensi
Hasil pengamatn
Keterangan




Gambar Marfologi bekicot (Achatina Fulica) sumber: Alim, 2016)






Gambar Marfologi bekicot (Achatina Fulica) sumber: Rusyana, 2014)

1.         Tentakel
2.         Mata
3.         Cangkang
4.         Tubuh
5.         kepalah


Tabel 2. Pengamatan anatomi bekicot (achatina fulica)

Foto
Gambar reperensi
Hasil pengamatn
Keterangan




Gambar Anatomi bekicot (Achatina Fulica) sumber: Alim, 2016)





Gambar anatomi bekicot (Achatina Fulica) sumber: Rusyana, 2014)

















1.            ginjal
2.            anus
3.            hati
4.            tengtakel
5.            mata
6.            mulut
7.            kelenjar ludah
8.            tembolok
9.            vagina
10.        penis
11.        ventrikel
12.        anterikel
13.        kelenjar luda





Tabel 3. Pengamatan marfologi  cumi-cumi (loligo peali)
Foto
Gambar reperensi
Hasil pengamatn
Keterangan


Gambar Marfologi cumi-cumi (loligo peali)
sumber: Alim, 2016)



Gambar Marfologi cumi-cumi (loligo peali)
sumber: Rusyana, 2014)





1.      tentakel
2.      lengan
3.      mata
4.      kepala
5.      sirip
6.      pengisap




Tabel 4. Pengamatan anatomi cumi-cumi (loligo peali)

Foto
Gambar reperensi
Hasil pengamatn
Keterangan



Gambar Anatomi cumi-cumi (loligo peali)
sumber: Alim, 2016)




Gambar Anatomi cumi-cumi (loligo peali)
sumber: Rusyana, 2014)

1.      pengisap
2.      mulut
3.      faring
4.      mata
5.      anus
6.      kantung tinta
7.      insang
8.      lambung
9.      jantung
10.  ginjal
11.  hati
12.  esofagus
13.  ovarium
14.  rektrum
15.  tentakel



4.2 Pembahasan
Pengamtan pada bekicot (achatina fulica), bergerak lambat menggunkan kaki perut. Pada saat ada acaman bekicot ini akan memasukan ke dalam cangkang nya, dan tidak berjalan mundur tetapi bekicot ini dapat berputar, walaupun cangakaknya di pecahkan ia tetap hidup. Bekicot ini terdaoat mata yang seperti antena, tubunya berlendir terdapat gigi pda mulunya memiliki tentakel yang berfungsi sebgai peraba atau perasa.
Pada pengamtan loligo peali atau di kenal dengan cumi-cumi, struktur tubunya terdiri atsa bagian kepala,  dan badan yang di hubungkan dengan leher. Pada kelapa terdapat mulut yang di kelilingi oleh kaki. Kakinya terdiri dari 10 jerait, yang terdiri dari 8 lengan dan dua tenkakel. Tentakel lebih panjang dari pada lengannya . pada permukaaan sebelah dalam jerait terdapat alat pengisap agar mangsa dapat melekat di dalam tubuh , mulutnya terdapat lidah yang mempunyai gigi yang tajam. Fungsinya ini sebagai penangkap mangsa dan alat gerak. Di bawah dari kepalah terdapat cerobong menyemprot yang berfungsi untuk mengalirkan air pada waktu bernafas atau untuk berenag dengan cepat.
Pada bagaian badan loligo peali seruh badanya di tutupi oleh mentel. Pada bagian dorsal melekat pada badan m sedangkan pda bagian  perut tidak sehingga terdapat rongga mentel, di sebelah kanan kiri tubuh terdapat sirip  yang berfungsi sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan kebelakang. Berdasarkan pratikum yang talah dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut :
1)      Achatina fulica
a.  Morfologi Tubuh terdiri atas kepala, leher dan kaki dan masa jerohan, pada kepalanya terdapat ua tentakel yaitu sepasang berukurang pendek terletak di anterior dan mengandung saraf pembau serta sepasanfg kedua lebih pangjang mengandung mata. Mulut achanita terletak dibagian anterior kepala diventral tentakel tepat dibawah terdapat lubang yang berhubungan dengan kelenjar mukosa kaki (pedal).


b.  Anatomi Alat pencernaan terdiri atas mulut, masa bukal, esophagus, kelenjar ludah tombolok, lambung kelenjar, pencernaan, usus rectum, dan anus dan kelenjar ludah yang terletak dikanan kiri tembolok. Esophagus bermuara ke dalam tembolok serta terdapat ureter yang merupakan saluran dari ginjal terletak disis sepangjang rectum dan bermuara dekat anus (Jasin, 1992).
c. Fisiologi
1.      System refroduksi Spermatozoa dihasilkan oleh ovotestis, keluar menuju saluaran hermaproditin kemudian saluran sperma menuju kkeselanjutnya menuju ke vas deverens, dan menhasilkan suatu sel overium yang dibungkus dalm cankung yang dihasilkan oleh epitel saluran (Anonim, 2012).
2.      System pernapasan System pernapasan nya adalah darah tidak berwarana dan terdiri dari plasma darah, dan butir butir darah. Fungsi darah adalah mengedarkan O2 keseluruh tubuh mengambil dan mengankut sisa  sisa pembakaran (Jasin, 1992).
3.      System pencernaan Alat pencernaan pada hewan ini meliputi rongga mulut, eshophgus, kelenjar ludah, krop lambung, kelnjar pencernaan usus rectum dan anus (Jasin, 1992).
d.      Habitat hewan ini dapat hidu[p didarat khususnya daerah      daerah lembab dan berair.

2.        Lologo peali
a.      Morfologi Cumi-cumi memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Pada anterior badan terdapat endoskeleton yang berbentuk pen atau bulu. Endoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih transparan, tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis  berlendir (Muhammad, 2012).
b.      Anatomi Sedangkan secara anatomi,  terdapat beberapa organ seperti sifon, katup sifon, cangkang (endoskeleton), telur, oviduk, articulating ridge, kantung tinta, integument, alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus, rektum dan anus. Sistem pencernaan dilengkapi kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati, dan pankreas. Sistem pembuluh darah cumi-cumi adalah sistem pembuluh darah tertutup. Hewan ini bernafas dengan insang yang terdapat di rongga mantel. Ekskresi dilakukan dengan ginjal berupa nefridium yang terletak di sebelah jantung. Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung rongga mantel. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion. Indera sensoris dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau (Rukmana, 1997).
c.       Habitat Cumi-cumi berhabitat di laut. Kemungkinan hidup di air dalam selama musim dingin, tetapi terkadang dia memasuki air dangkal untuk menetaskan telurnya (Rukmana, 1997).

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca yang banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas Gastropoda ada yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak. Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula maculata,  siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis gracilis Hutt.). Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki panjang tubuh 10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir, berwarna coklat-kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu sungut depan yang berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai mata. Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula) untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan di tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban tinggi (Rukmana, 1997)
Keong mas merupakan siput yang hidup di habitat air tawar  Keong mas mulai dikenal di Indonesia . Oleh karena itu informasi tentang aspek biologi keong ini masih sangat kurang. Aspek biologi sangat diperlukan sebagai informasi awal untuk penelitian lebih lanjut.   Bagaimana sistematik keong mas  mulai dari filum sampai spesies, informasi ini penting untuk mempelajari struktur anatomi, morfologi dan fiosiologi keong mas, sehingga objek studi yang beranekaragam mudah dipelajari. Karena hewan yang semakin banyak persamaannya maka semakin dekat kekerabatannya, begitu pila sebaliknya hewan yang semakin sedikit persamaanya maka semakin jauh kekerabatannya. Keong mas secara morfologi mirip dengan keong gondang, oleh sebab itu diduga keong mas memiliki persamaan ciri morfologi dengan keong gondang. Jadi untuk mempelajarinya akan lebih mudah bila kita membandingkan dengan keong gondang.  
















BAB V
PENUTUP


5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah organisme yang termasuk dalam filum Mollusca adalah cumi-cumi (Loligo sp) memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Pada anterior badan terdapat cangkang (endoskeleton) yang berbentuk bulu. Endoskeleton tersebut terletak didalam rongga mantel berwarna putih transparan dan tipis. Mantel berwarna putih dengan corak bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis yang berlendir. dan aspek ekologi. Aspek sistematik keong mas, yaitu  filum : moluska, klas: gastropoda, ordo: pulmata, familia: ampullaridae, genus: pomacea dan spesies: Pomacea canaliculata L. Aspek morfologi keong mas: bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan siput sawah yang disebut gondang. Perkembangan populasi: keong mas memilliki daur hidup yang singkat dari stadium telur sampai stadium berikutnya memerlukan waktu tiga bulan. Keong mas lebih cepat pertumbuhannya. Seekor induk betina berumur 6 bulan mampu menghasilan 1000 butir telur.

5.2  Saran
Adapun saran dalam ptarikum filum mullusca yaitu agar praktikan lebih aktif dan teliti dalam mengamati morfologi dan anatomi tubuh cumi-cumi (Loliogo pealii) dan bekicot (achatina fulica)  supaya mendapatkan hasil pengamatan yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA


Agusandi.  2013. Pengaruh Penambahan Tinta Cumi-Cumi (Loligo Sp) Terhadap Kualitas Nutrisi Dan Penerimaan Sensoris Mi Basah. Vol II NO I. Di akses hari Senin 2 April 2016. Pukul 07.00 Wib

Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga/
           
Jasin. 1992. Zoologi InvertebrataSurabaya : Sinar Wijaya.

Riyanto. 2003. Aspek- Aspek Biologi Keong Mas . Vol. 8 No. 1. Di akses hari jum,at 29 april 2016. Pukul 16.00 WIB.

Rusyana. 2014 Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRATIKUM VI FILUM ECHINODERMATA

LAPORAN PRATIKUM VII FILUM PLATYHELMINTES