LAPORAN PRATIKUM V FILUM PORIFERA
LAPORAN
PRATIKUM V
FILUM
PORIFERA
Oleh
:
Syahirul
Alim (1512220022)
Dosen
Pembimbing:
Rismala
Kusuma, M.Kes
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera
merupakan hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan
ataupun organ sesungguhnya. Kata
porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil, sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang.
Kata tersebut untuk menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu
hewan yang memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut
hewan berpori (Yusminah, 2007).
Spons adalah hewan dari filum
Porifera yang berarti "pembawa pori". Tubuh mereka terdiri dari jelly
seperti terdapat di antara dua lapisan tipis sel. Sementara semua hewan
memiliki sel terspesialisasi yang dapat berubah menjadi selsel khusus, spons
yang unik dalam memiliki beberapa sel-sel khusus yang dapat berubah menjadi
jenis lain. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem peredaran darah.
Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan
aliran air konstan yang masuk melalui tubuh mereka untuk mendapatkan makanan
dan oksigen dan untuk menghilangkan limbah.
Bentuk tubuh mereka yang diadaptasi untuk memaksimalkan efisiensi dari
aliran air. Semua sessile, meskipun ada spesies yang hidup diair tawar, namun
sebagian besar hidup dilaut, mulai dari zona pasang surut sampai kedalaman
lebih dari 8.800 meter (5,5 mi). Sementara sebagian besarnya hidup sekitar
5,000-10,000 meter yang biasa dikenal spesies pemakan bakteri dan partikel
makanan lainnya di air (Campbell, 2003).
Sebagai hewan yang tergolong “purba‟ karena strukturnya
yang sederhana, maka cara hidupnya juga relatif simpel karena tidak memiliki
organ tubuh. Sponge biasanya mendapatkan suplay makanan dari lingkungan
sekitarnya atau organisme yang berasosiasi dengannya. Sebagai hewan berongga, kemampuannya sangat
menakjubkan karena mampu menyaring air dalam volume besar dengan struktur tubuh
yang terbatas. Hal ini sangat membantu dalam mengatasi jumlah partikel
tersuspensi akibat intrusi dari daratan atau lumpur yang terbawa arus sehingga
mengurangi tingkat kekeruhan, ini sangat menolong kehidupan karang karena
kondisi perairan terjaga baik. Filum ini dapat dibagi menjadi tiga kelas besar,
yaitu Calcarea, Demospongiae dan Hexactinellida. Demospongiae adalah yang
paling banyak ditemukan, tersebar luas dan merupakan spons yang terdiri dari
jenis-jenis yang paling beragam dan telah mendapat perhatian relatif banyak
dari ahli kimia dan biokimia (Campbell, 2003).
1.2 Tujuan Pratikum
Adapun Tujuan dari praktikum Porifera kali ini, antara lain:
1. Praktikan
mengenal beberapa anggota Phylum Porifera
2. Praktikan
mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota Phylum Porifera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Filum
forifera
Filum Porifera adalah
grup metazoa tertua yang masih ada di bumi. Mereka mampu bertahan hidup dalam
jumlah yang sangat banyak di laut baru-baru ini dalam kondisi lingkungan yang
berubah-ubah secara ekstrim. Tubuh dari filum ini hanya tersusun dari sel yang
memiliki berbagai fungsi (Soest, et al.,
2012). Ciri-ciri khusus tubuh
porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari sistem
kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan lingkungan
internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan
bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran
pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh
porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk kristal
dari spikula–spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik
(Yusminah, 2007).
Struktur tubuh Porifera kecuali berpori-pori dengan
macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe Ascon yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling
sederhana yang dilihat suatu rongga sentral yang disebut spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan terdapat
lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding tubuh hewan ini terdapat
lubang-lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan sering juga disebut ostium. Dalam tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air yang dimulai dari
pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama
yang disebut oscolum.
Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum,
maka air dari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu ditampung di alam rongga
sentral atau spongocoel. Pola saluran
air dari berbagai jenis Porifera itu
tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk mengalirkan air
dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan dikeluarkan kembali ke
daerah eksternal (Jasin, 1992).
Spons
secara tradisional dibagi kedalam tiga kelas: spons berkapur (Calcarea), spons kaca (Hexactinellida) dan demosponge (Demospongiae). Namun, penelitian telah menunjukkan
bahwa Homoscleromorpha, kelompok yang
diduga milik Demospongiae, sebenarnya
secara filogenetis terpisah. Oleh karena itu, mereka baru-baru ini diakui
sebagai kelas keempat spons (Gazave, 2010).
Porifera memiliki bentuk tubuh seperti vas bunga. Porifera
merupakan hewan multiseluler primitif (diploblastik) yang memiliki jaringan
belum sempurna, memiliki ronga yang disebut spongosol. Porifera hidup melekat
pada dasar perairan sebagai bentos. Struktur tubuh Porifera terdiri atas
l;apisan dalam dan lapisan luar. Lapisan luar (epidemis) merupakan sel-sel kulit (dermal) yang tersusun atas sel-sel pipih yang disebut pinakosip.
Lapisan luar dipenuhi oleh ostia yang dilapisi oleh sel porosit. Berdasarkan
bahan penyusun spikulanya, Porifera dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Calcarea, Hexactinellida, dan
Demospongia (Bradfield, 2002).
2.2 Klasifikasi
Porifera berasal dari bahasa latin dari kata
porus yang berarti lubang kecil dan kata ferre yang berarti mempunyai. Jadi,
Porifera merupakan hewan berpori atau hewan yang memiliki lubang-lubang kecil
pada tubuhnya (Setiowati, 2007 hal 126)
Menurut Firmansyah (2005), spons di
klasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Animalia, Filum :
Porifera, Kelas : Demospongia,
Ordo : Dictioceratida, Famili: Dictioceratidaceaer Genus: Spongilla, Species: Spongilla sp.
a. Kelas
Calcarea (Calcipsongiae)
Hidup
di laut (pantai dangkal), bentuk tubuh sederhana, kerangka tubuh tersusun atas
CaCO3, koanositnya besar. Kelas ini terbagi menjadi dua ordo yaitu Asconosa (tipe askon yang kemudian
berubah menjadi tipe rhagon/ leucon,
contoh spesies Leucosolenia), dan Syconosa (tipe sikon, tetapi kemudian
menjadi tipe rhagon, contoh spesies Scypha) (Rusyana, 2014).
b. Kelas
Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hidup
di laut dalam, kerangka tubuhnya tersusun atas bahan kersik atau silikat (H2SO13O7,
spikula berduri 6, memiliki saluran air. Kelas ini terbagi menjadi dua ordo
yaitu Hexasterophora (spikulanya
kebanyakan berbentuk bintang atau astrose, contoh spesies Euplectella), dan Amphidiscophora
(spikula berbentuk amfidiskus, contoh
spesies Hyalonema) (Rusyana, 2014).
c. Kelas
Demospongiae
Umumnya
hidup di laut, beberapa spesies hidup di air tawar. Pada umumnya tidak
mempunyai rangka dan kalau ada rangka terbuat dari kersik, spongin atau
campuran keduanya. Terbagi menjadi 8 ordo yaitu Carnosa (rangka tubuh tersusun atas bahan organik yang berbentuk
bubur atau koloidal, kadang-kadang ditemukan spikula kecil, contoh Chondrosia), Choristida (rangka tersusun atas spikula-spikula yang berjajar
empat, mencuat dari suatu titik sentral, contoh Geodia), Epipolasida
(bentuknya sperikel, spikula monakson serta mencuat menjari dari daerah sentral
tubuhnya, contoh Tethya), Handromerina (spikula berbentuk seperti
pines, contoh Cliona), Halichondrina (spikula berujung dua atau
berbentuk seperti bulu, contoh Halichondria),
Poeciloclerina (rangka tubuh tersusun
atas berbagai bentuk spikula dan kadang-kadang spongin, contoh Microciona), Haplosclerina (berkerangka fibrosa, cotoh Haliclona), dan Keratosa
(tidak berspikula, berangka spongin, contoh Spongia)
(Rusyana, 2014).
2.3 Morfologi
dan Anatomi
Tubuh Porifera berbentuk seperti vas bunga
yang menempel pada dasar perairan. Tubuhnya lunak dan permukaannya berpori (ostium). Porifera memiliki rongga tubuh
(Spongocoel) dan lubang keluar (Oskulum). Air akan mengalir dari ostium
masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum.
Porifera sel-sel epidermis yang disebut parasinakosit, sedangkan lapisan
dalamnya tersusun memiliki dua lapisan jaringan tubuh (diploblastik). Lapisan luar tersusun oleh oleh sel-sel endodermis
berbentuk corong. (Setiowati, 2007).
Tubuh
Porifera dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe ascon, tipe sycon dan tipe rhagon atau leukon. Walaupun strukturnya berbeda, fungsinya tetap sama, yaitu
sebagai saluran air. Ascon merupakan
saluran air dengan lubang ostium yang dihubungkan langsung oleh saluran ke spongocoel. Sycon merupakan saluran air yang bercabang-cabang ke rongga-rongga
yang berhubungan langsung dengan spongocoel.
Rhagon merupakan tipe saluran air yang kompleks. Air mengalir melalui ostium
kemudian masuk melalui saluran menuju rongga-rongga yang dibatasi oleh
koanosit. Selanjutnya, air mengalir melalui saluran-saluran menuju ke
spongocoel dan berakhir di oskulum
(Karmana, 2007).
Pori-pori yang terdapat pada Porifera
membentuk saluran air yang bermuara dirongga tubuh (spongocoel). Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang
disebut oskulum. Tubuh Porifera tersusun oleh sel-sel berbentuk pipih dan
berdinding tebal yang disebut sel pinakosit. Pada lapisan dalam spongocoel, dilapisi oleh sel yang
berbentuk seperti lampu dan berflagel yang disebut sel koanosit (Firmansyah,
2005).
Tubuh diploblastik, tersusun atas a. Lapisan
luar (epidermis = epithelium dermal).
Terdiri atas pinakosit b. Lapisan dalam, terdiri atas jajaran sel berleher (koanosit). Sel koanosit berfungsi
sebagai organ respirasi dan mengatur pergerakan air. Diantara lapisan luar dan
lapisan dalam terdapat mesoglea. Di dalam mesoglea terdapat organel-organel: -
Gelatin protein matrik - Amubosit (sifatnya mobil/mengembara). Sel amebosit
berfungsi untuk transportasi O2 dan zat-zat makanan, ekskresi dan penghasil
gelatin - Arkeosit merupakan sel yang
tumpul dan dapat membentuk sel-sel reproduktif - Porosit/miosit terletak disekitar
pori dan berfungsi untuk membuka dan menutup pori. Skleroblast berfungsi membentuk spikula - Spikula merupakan unsure
pembentuk tubuh (Rusyana, 2014).
Filum Porifera disebut juga hewan spons.
Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana, tidak memiliki
kepala atau anggota badan lain layaknya hewan. Oleh karena itu, banyak yang
keliru mengidentifikasi porifera sebagai tanaman laut. Tubuh porifera
dihubungkan oleh saluran-saluran yang terbuka diujungnya dan membentuk
pori-pori (Zakrinal, 2008).
2.4 Habitat
dan Penyebaran
Filum Porifera disebut juga hewan spons. Kata
porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus yang berarti pori dan fer
berarti membawa. Hewan ini dikatakan juga sebagai hewan berpori. Hewan porifera
merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana. Hewan ini merupakan hewan
sessile (hidup melekat pada substrat). Hewan spons memiliki ukuran bervariasi,
yaitu berkisar dari 1 cm hingga 2 m. sebagian besar hewan ini hidup dilaut.
Menurut Campbell (1998:594), dari 9.000 spesies hewan spons, hanya 100 spesies
saja yang hidup di air tawar, sisanya hidup diperairan laut (Firmansyah,
2005).
Porifera hidup di lautan yang airnya tenang
dan jernih serta tidak berarus kuat. Selain itu, ada yang hidup di laut dangkal
dan ada pula yang hidup di laut dalam. Porifera juga dapat ditemukan di
perairan tawar seperti di danau dan aliran sungai yang jernih. Porifera dapat
ditemukan perairan laut Sulawesi, NTB, dan NTT (Setiowati, 2007).
Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang
kebanyakan hidup di air laut. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat
pada substrat). Spesies tersebut bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan
warna. Porifera biasanya dikelompokkan berdasarkan materi yang ditemukan di
dalam rangkanya. Porifera yang terkenal adalah bunga karang yang memiliki serta
fleksibel dalam mesenkimnya. Serat tersebut dibuat dari protein yang disebut
sponging (Zakrinal, 2008).
Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia. Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat
(sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena
porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap
sebagai tumbuhan. (Ferdinand, 2008).
2.5 Reproduksi
dan Daur Hidup
Porifera bereproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui pembentukan tunas. Tunas yang
dihasilkan dapat memisahkan diri dari induknya yang selanjutnya menjadi
individu baru. Akan tetapi, tunas yang dihasilkan dapat juga melekat pada
induknya dan membentuk koloni yang cukup besar. Reproduksi aseksual lainnya
dengan pembentukan gammule (butir benih).
Hal ini terjadi jika kondisi tidak menguntungkan. Misalnya, perubahan suhu atau
perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan porifera mati. Akan tetapi, akan
tetap hidup dan akan keluar jika kondisi menguntungkan untuk menjadi individu
baru (Karmana, 2007).
Perkembangbiakan seksual belum dilakukan
dengan kelamin khusus. Baik ovum maupun spermatozoid
berkembang dari sel-sel amobosit khusus yang disebut Arkheosit. Ovum yang belum atau telah dibuahi oleh spermatozoid
tetap tinggal didalam tubuh induknya (mesoglea).
Setelah terjadi pembuahan, maka zygot akan mengadakan pembelahan berualang
kali, akhirnya terbentuk larva berambut getar yang disebut amphiblastula, dan
amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuhnya malalui oskulum. Setelah
ia tiba dilingkungan eksternal, dengan rambut getarnya kemudian ia akan
berenang-renang mencari lingkungan yang bisa menjamin kelangsungan hidupnya (kaya dengan O2 dan zat-zat makanan).
Larva ini kemudian akan berubah menjadi parenchymula.
Bila telah menemukan tempat yang sesuai, maka ia akan melekatkan diri pada
suatu obyek tertentu dan selanjutnya tumbuh menjadi porifera baru, sedangkan
untuk non seksual dilakukan dengan membentuk tunas atau kuncup kearah luar yang
kemudian memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru
(Rusyana, 2014).
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual
maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan
disebut juga tunas internal. dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam
tubuh porifera yang hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk individu baru
dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan
sperma dihasilkan oleh koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan
juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit
(Zakrinal, 2008).
2.6 Makanan dan Kebiasaan Makan
Porifera merupakan hewan heterotrof. Makanan
Porifera biasanya berupa plankton yang masuk ke spongocoel. Adapun oksigen diserap oleh sel kollar atau koanosit.
Untuk sisa makanan, dibuang melalui oskulum. Ada yang menarik pada porifera
ini, yaitu oksigen dan makanan yang digunakan oleh sel koanosit sebagian di
transfer ke sel-sel yang bergerak, yaitu sel amoebosit (Firmansyah, 2005).
Porifera tidak memiliki sistem saluran
pencernaan sehingga makanan (plankton dan
bahan organic) langsung masuk dalam sel koanosit dan diedarkan keseluruh
bagian tubuh (Zakrinal,2008).
Makanan bersama air masuk kedalam tubuh Porifera melalui sistem
saluran air yang berupa pori (ostia),
spongosoel dan oskulu, makanan ditangkap oleh sel koanosit diruang spongosoel.
Selanjutnya akan dicerna secara intraseluler oleh koanosit dan selanjutnya
hasilnya diedarkan oleh sel-sel amoebosit yang dapat bergerak bebas keseluruh
bagian tubuh (Susilowarno, 2010).
2.7 Nilai
Ekonomis
Porifera belum
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Porifera dimanfaatkan manusia karena
sponsnya bersifat elastic yang dapat digunakan untuk alat menggosok tubuh saat
mandi. Rangka tubuh Porifera yang sudah mati dapat dimanfaatkan sebagai hiasan
(Karmana, 2007).
Beberapa jenis
porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi
dan alat gosok. Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons
buatan, bukan berasal dari kerangka porifera. Zat kimia yang dikeluarkannya
memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya (Wijaya, 2007).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum filum porifera ini dilaksanakan pada hari
Rabu, tanggal 18 Mei 2016, pukul 10.00 - 12.00 WIB, di Laboratorium Biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah
Palembang.
3.2
Alat
a. Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu styrofoam.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
Sycon galatinosum.
3.3
Cara kerja
Adapun cara kerja
pengamatan praktikum pengamatan morfologi dari Filum Porifera, yaitu:
1.
Ambil
awetan Sycon
galatinosum.
2.
Kemudian
letakkan awetan Sycon
galatinosum tersebut di atas styrofoam.
3.
Lalu amati struktur tubuh
Sycon galatinosum
tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Morfologi
Sycon galatinosum
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Oskulum
2.
Sel epidemis
3.
Spikula
4.
Pori-pori
5.
Sel leher
6.
emebosit
|
|
Gambar Morfologi Sycon galatinosum (Sumber:
Rusyana, 2014)
|
|
4.2 Pembahasan
Hewan spons yang merupakan hewan menetap, sangat
jarang kelihatan bergerak. Semua hewan spons digolongkan ke dalam filum
porifera dan hampir semuanya berhabitat di laut, kecuali setidak-tidaknya ada
150 spesies yang hidup di air tawar. Pada masa kini hewan spons dikenal sebagai
cabang sendiri dari metazoa dan dinamakan kelompok parazoa. Hewan ini melekat pada karang, pada
rangkarangka kerang laut atau di bawah geladak lantai pelabuhan/dermaga dan di
permukaan batu-batuan di laut dan perairan tawar misalnya Spongilla. Porifera
berasal dari bahasa Latin yaitu porus adalah pori, dan fer
adalah membawa. Maka Porifera dapat
diartika sebagai hewan berpori yang
termasuk ke dalam filum hewan multiseluler yang paling sederhana. Ahli Botani,
mengelompokkan spons ini ke dalam
Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu
bergerak secara nyata. Namun Spons dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada
tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui
oskulumnya yang bergerak. Berdasarkan
tipe saluran air, porifera dibedakan tiga tipe, yakni tipe akson, terdiri atas ostia, spongiosel, oskulum. Contohnya Clathrina blanca, selanjutnya adalah tipe sikon, terdiri atas ostia, saluran
radial tidak bercabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya Pheronima
sp. serta tipe leukon (ragon),
terdiri atas ostia, saluran radial bercabang-cabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya Euspongia
officinalis.
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap Porifera bagian-bagian
dari tubuhnya diketahui dan diidentifikasi setelah memperhatikan dan mengamati
secara seksama. Bagian-bagian tubuh porifera yang diamati tersebut yaitu
lubang-lubang kecil pada permukaan tubuhnya (pori),
lubang atau rongga dalam tubuhnya (spongocoel),
spikula, dan saluran pengeluaran (oskulum).
Lubang-lubang kecil atau pori yang terdapat pada permukaan tubuh Porifera
merupakan bagian yang berfungsi sebagai jalan masuk air dan partikel makanan
yang bersama dengan masuknya air kedalam tubuh Porifera.
Berdasarkan bentuk struktur kanal, anatomi
percabangan dari pori-porinya, bentuk spikula yang khas maka Filum Porifera
tidak mudah untuk dikelompokkelompokan dan diklasifikasikan. Klasifikasi yang
pernah ada dan masih berkembang tentu saja menarik bagi ilmuwan, utamanya
taksonomis hewan. Setidaknya ada 4 kelases yang dicakup oleh filum porifera
yaitu Kelas Calcarea yang dikenal sebagai spons
calcareous yang khas karena selalu mempunyai spikula yang tersusun atas
kalsium karbonat. Hidup di laut, tubuh berukuran tidak lebih dari 10 cm.
Spikula
umumnya sikonoid dan leukonoid. Tubuh spons kelas
calcarea bervariasi warnanya yaitu
kuning cerah, merah dan ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus Leucosolenia (kanal tipe askonoid), Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid). Kelas
yang kedua adalah Demospongiae, dimana Spons yang termasuk kelas demospongiae
mempunyai penyebaran tempat hidup yang luas dari perairan tawar sampai dengan
perairan laut. Kelas Demospongiae mencakup 95% dari semua hewan-hewan spons.
Struktur kanal kelas demospongiae seluruhnya bersifat leukonoid. Warna tubuh
kelas ini kebanyakan berwarna cerah, perbedaan warna dipunyai oleh perbedaan
spesies yang disebabkan oleh warna pigmen atau granula pigmen yang terletak di
amebosit. Struktur rangka dari kelas demospongiae beraneka ragam. Struktur
tersebut disusun oleh spikula atau serat-serat sponging atau gabungan dua
struktur tersebut. Spikula dari kkelas ini relatif besar dengan struktur
monokson atau tetrakson (cabang runcing satu atau cabang runcing empat). Contoh
dari kelas Demospongiae antara lain Haliclona permollis dan Microciona
prolifera. Adapun Kelas yang terakhir
adalah Kelas Hexatinellida Perwakilan
dari kelas ini biasa disebut spons gelas. Nama Hexatinellida berhubungan dengan bentuk spikulanya yang heksason
(bercabang enam). Spons kelas ini hidup menyendiri dengan bentuk mangkuk, vas
bunga dan piala. Kanal pada kelas ini bertipe sikonoid, dengan ukuran tubuh
spons berkisar dari 10 sampai 30 cm. Sebagian besar berwarna pucat. Spons dari
hexatinellida terutama hidup di prairan dalm sekitar 450-900 cm di bawah
permukaan laut. Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh anggota kelas
ini adalah keranjang bunga “venus” Euplectella, dia bersimbiosis komensalisme
dengan jenis udang Spongicola. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, Filum
Porifera khususnya spesies Spongilla sp. yang diamati berwarna abu-abu
kehijauan. Pada pengamatan morfologi dari filum ini nampak adanya lubang keluar
(oskulum) dan pori-pori (ostium) ha ini sejalan dengan pernyataan
Firmansyah (2005) bahwa pori-pori yang terdapat pada Porifera membentuk saluran
air yang bermuara dirongga tubuh (spongocoel).
Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang disebut oskulum dan menurut Setiowati (2007) bahwa porifera memiliki rongga
tubuh (Spongocoel) dan lubang keluar (Oskulum). Air akan mengalir dari ostium
masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum. Setelah itu untuk pengamatan anatomi, spons
dibelah dan terlihat rongga besar dalam tubuhnya yang disebut Spongocoel, rongga ini bukan merupakan
rongga tubuh sebenarnya, seperti yang dinyatakan oleh Karmana (2007) bahwa
porifera termasuk hewan golongan Aceolomates
yakni belum memiliki rongga tubuh yang sebenarnya. Kemudian diamati adanya
pori-pori (ostium) yang terlihat
jelas dari dalam tubuh, Setiap ostium memiliki saluran yang menghubungkan ke
spongosol.
Menurut Rusyana (2014) di dalam mesoglea terdapat
organel-organel seperti Amubosit, Arkeosit, Porosit/miosit, Skleroblast, dan
Spikula. Hanya saja pada pengamatan anatomi, untuk sel pinakosit, koanosit, sel skleroblas, sel
arkheosit, sel amuboid, dan spikula tidak nampak karena untuk melihatnya harus
diamati di bawah mikroskop.
Porifera merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang sangat primitif (sederhana). Sebagian besar hewan ini
hidup di laut dangkal sampai pada kedalaman 3,5 meter. Porifera mempuyai bentuk
tubuh menyerupai piala atau vas bunga dan hidup melekat pada dasar perairan (sessile). Tubuh porifera terdiri dari
dua lapisan sel (diploblastik) dengan
lapisan luar (epidermis) tersusun
atas sel-sel berbentuk pipih yang disebut pinakosit. Sedangkan pada bagian
dalam tersusun atas sel-el berleher dan berflagel disebut koanosit dan
berfungsi untuk mencernakan makanan. Diantara epidermis dan koanosit terdapat lapisan tengah berupa bahan kental
yang disebut mesoglea atau mesenkim Starr (2012).
Makanan Porifera berupa partikel zat organik atau
makhluk hidup kecil yang masuk bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan
akan ditangkap oleh flagel pada koanosit. Selanjutnya makanan dicerna di dalam
koanosit. Dengan demikian pencernaannya secara intraselluler. Setelah dicerna,
zat makanan diedarkan oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Sedangkan zat
sisa makanan dikeluarkan melalui oskulum bersama sirkulasi air Starr (2012).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan
yang dilakukan dan pembahasan di atas adalah sebagai berikut : Secara Morfologi
Sponge (Spongilla sp.) terdiri dari
pori-pori kecil (Ostium) dan lubang
besar dibagian atasnya sebagai tempat keluarnya air (Oskulum) dan adanya serabut seperti duri (Spikula) dipermukaan tubuhnya. Biasanya bentuk spesies dari filum
Porifera beraneka ragam seperti mangkuk, vas bunga, dan yang bercabang-cabang
dengan ukuran diameter yaitu 1 mm sampai dengan 2 mm, warna tubuh spons juga
beraneka ragam yaitu kelabu, merah, jingga, kuning, biru, hitam dan violet.
Secara Anatomi, Sponge (Spongilla
sp.) tersusun atas rongga tubuh (Spongocoel)
dan lubang keluar (Oskulum). Serta
pori-pori tubuh yang disebut ostium.
Air akan mengalir dari ostium masuk
ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir
ke luar melalui oskulum. Spons (Spongilla sp.) diklasifikasikan atas
Kingdom Animalia, Filum Porifera, Kelas Demospongia, Ordo Dictioceratida,
Famili Dictioceratidaceaer Genus Spongilla dan Species Spongilla sp.
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya untuk
pelaksanaan respon sebelum praktikum waktunya dipercepat dan sebaliknya untuk
waktu praktikum di laboratorium, waktu yang ditentukan diperlama guna menambah
dan memperdalam pengetahuan praktikan untuk mencapai tujuan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell. 2003. Biologi
edisi 5 Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
firmansyah.
2005. Mudah dan Aktif Belajar Biologi.
Jakarta. Grafindo Media Pratama
Ferdinand. 2008. Biologi
1. Jakarta Grafindo.
Kurmana. 2007. Cerdas
Belajar Biologi. Jakarta. Grafindo Media Pratama.
Rusyana. 2014. Zoologi Invertebrata Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.
Starr. 2012. Biologi
Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta: Salemba Teknika.
Setiowati. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta Timur. Azka Press.
Susilowarno. 2007. Biologi. Jakarta. Grafindo.
Yusmana. 2007. Avertebrata Air Jilid I. Bandung:
Alfabeta.
Zakrinal. 2008. Jago
Biologi SMA . Depok. Media Pusindo, Group Puspa Swara.
Komentar
Posting Komentar