LAPORAN PRATIKUM VI FILUM ARTHROPODA
LAPORAN PRATIKUM VI
FILUM ARTHROPODA
Oleh :
Syahirul Alim (1512220022)
Dosen Pembimbing:
Rismala Kusuma, M.Kes
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang
berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000
m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000
m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter
(Karmana,2007)
Arthropoda
(dalam bahasa latin, Arthra = ruas ,
buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas,
berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh
Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan
organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh :
laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki
seribu, udang, lalat atau laler, kecoa. Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam,
beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan
berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Hewan arthropoda
memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula
yang merupakan rangka luar (eksosketelon).
Ketebalan kutikula sangan bervariasi,
tergantung dari spesies hewannya. Kutikula
dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada
waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan
(Karmana, 2007).
Tubuh
Arthropoda terdiri atas caput (kepala),
toraks (dada), dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Pada
laba-laba dan udang, kepala dan dadanya bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara
kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh
ada yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak.
Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti mata,
penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat
perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya (Karmana, 2007).
Anggota dari
filum antropoda ini merupakan hewan yang kakinya bersegmen-segmen, tubuhnya
simetris bilateral yang juga biasnya
darigemn deran segmen. Pada setiap segmen atau segmen terdapat pasangan
appedage atau embelan (bagian tubuh yang menonjol dan mempunyai ujung bebas
misalnya anggota tubuh). Terdapat rangkaian luar dari kitin yang fleksibel untuk
memudahkan pergerakan bagian segmen tubuhnya. Sistem syaraf yang dimiliki
annelida. Selain sistem saraf banyak hal-hal lain yang mempuyai sipat-sipat
sama dengan annelida misalnya anggota gerak, alat ekskresi dan sebaagianya,
sehingga di anggap filum kekerabatan denagan filum Annelida. Umumnya Arthopoda
memiliki mata mejemuk, suatu tipe organ penglihatan yang berbeda dengan Iverterberta
atau verteberat lainya (Rusyana, 2014).
1.2 Tujuan pratikum
Adapun
tujuan dari pratikum filum arthropoda yaitu
a)
Untuk mengetahui dan mengamati habitat Phylum
Arthropoda
b)
Untuk mengetahui dan mengamati ciri dan jenis Phylum
Arthropoda
c)
Untuk mengidentifikasi Phylum Arthropoda
d)
Untuk mengetahui klasifikasi Phylum Arthropoda
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 filum
arthopoda
Antropoda ini di bagi menjdai enam kelas yaitu crustacea, onycphora,
aracholdea, olilopoda, diplipoda, dan inseta. Tetapi kdang-kadang kelas
Chilopoda dan Diplopoda.
a) Kelas crustacea
Merupakan
kelas dari Arthropoda yang hidupnya menepati perairan baik di air tawar dan air
laut.bernafas dengan mwnggunakan insang. Tubunya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan perut
bersatu cephalothorax. Kepala
biasanya terdiri dari empat segmen bersatu, pada bagaian kepalah terdapat dua
pasang antena, satu pasang mandibula
(rahang pertama) dan dua pasang maxila (rahang
kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda yang di
antaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen baagian perut umumnya
sempit dan lebih mudah di gerakan di bandingkan dengan bagian kepala dan dada
bagian perut pun mempunyai embelan yang dalam ukuranya mengalami pengurangan.
Sistem peredaran darah terbuka, pernafasan ummumnya di lakukan oleh ingsang.
Pada gologan udang-udang rendah kdang-kdang pernapsan berlangsung dengan
terjadinya tukran gas oleh seluruh tubuh. Sistem syaraf terdapat pengumpulan
dan peraturan ganglia yang mana dari sana keluar syaraf-syaraf yang menujukan
ke tepi. Karena begitu banta jenis dari crustacea
ini yang sudah tentu memiliki perbedaaan-perbedaaan di
samping beberpa persamaannya, maka crustacea
ini dapat di bedakan beberapa
sub kelas. Umumnya dari kelas crustacea ini yang paling banyak di
kenal adalah jenis yang mempunyai arti ekonomi bagi
manusia seperti udang, kepiting dan sebagainya (Rusyana, 2014).
Kelas ini
sebagian besar anggotanya hidup di air, bernapas dengan insang. Tubuhnya
terdiri dari bagian kepala-dada yang bersatu (sefalotorak) dan perut (abdomen).
Crustacea eksoskeleton keras, terdiri
dari zat kitin yang berlendir. Pada bagian sefalotorak terdapat lima pasang
kaki besar yang berfungsi untuk berjalan (kaki jalan) di mana sepasang kaki
pertama berukuran lebih besar disebut keliped. Adapun di bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki berukuran kecil yang berfungsi untuk berenang (kaki
renang). Bagian depan sefalotorak terdapat sepasang antena panjang dan sepasang
antenule pendek. Crustacea dibedakan menjadi 2, yaitu Entomostraca (mikrocrustacea), misalnya Daphnia sp, Cyclops sp, yang merupakan komponen penting dari zooplankton. Malacostraca
(makro-crustacea), misalnya Pinnaeus
monodon (udang windu), Cancer sp (kepiting), Panulirus sp (lobster) (Rusyana,
2014).
b) Kelas
onychopora
Kela ini
begitu tidak dikenal sehinnga tidak akan di bahasa secara panjang lebar. Hewan ini meiliki kutikulah
yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang
dan sebatris lubang nepridium, panjang tubuh lebih kurang 5 cm. Contohnya peripatus (Rusyana, 2014).
c) Kelas
archnoidea
Archnoidea di ambil
dari kata yunani. Yaitu archane= laba-laba. Beberapa jenis yang termasuk archnoidea ialah kalajenking, laba-laba,
caplak dan sebgainya. Tubunya terdiri dari 2 bgaian yaitu cephalothorax dan perut, terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, anetna tidak ada (Rusyana, 2014).
d) Kelas
Insecta
Insekta merupakan
kelas terbesar dalam Arthropoda, bahkan anggota insekta merupakan bagian
terbesar dari filum Animalia. Lebih dari satu juta spesies Insekta hidup di
bumi ini. Dari jumlah itu setengahnya telah diuraikan secara tertulis dan
diterbitkan (Radiopoetro, 1996).
1)
Ciri-ciri Insecta
Tubuh insekta terdiri dari tiga
bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal (oceli), mata majemuk (faset),
alat-alat mulut, mungkin juga antena. Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu
protoraks, mesotorak dan metatoraks. Kaki dan sayap terdapat di bagian dada
(Radiopoetro, 1996).
Insekta memiliki tiga pasang kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua
pasang, meski ada sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air
tawar (terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut. Ukuran
tubuhnya mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter (insekta
terpanjang, Pharmacia serratipes, panjangnya mencapai 26 cm). Tipe mulut
insekta bermacam-macam (mengisap, menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah).
Bernapas dengan trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang
spirakulum pada sisi-sisi tubuh. Insekta mengalami metamorfosis, baik
metamorfosis sempurna maupun tidak sempurna (beberapa golongan serangga tidak
mengalami metamorfosis). Mempunyai sistem saraf tangga tali. Peredaran darah
terbuka, darah tidak mengandung pigmen darah (hemoglobin) sehingga hanya
berfungsi mengedarkan zat makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas
pernapasan (O2 dan CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea.
Berdasarkan metamorfosisnya insekta dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: Ametabola:
serangga yang tidak mengalami metamorfosis, misalnya Lepisma sp (kutu buku). Hemimetabola:
serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna, misalnya capung, belalang.
Telur menetas menjadi nimfa (miniatur serangga dewasa) lalu tumbuh menjadi
serangga dewasa. Holometabola:
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, misalnya nyamuk, lalat,
kupu-kupu. Telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa (kepompong), akhirnya menjadi serangga
dewasa (Radiopoetro, 1996).
2)
Klasifikasi Insecta
Insecta terdiri dari dua subkelas, yaitu: Apterygota (serangga tidak bersayap). Pembagian
segmen tubuh Apterygota meliputi:
kepala, dada, dan perut kurang tegas. Umumnya hewan ini tidak mengalami
metamorfosis. Pterygota (serangga
bersayap). Pembagian segmen tubuh Pterygota meliputi: kepala, dada, dan
perut sudah jelas. Mengalami metamorfosis sempurna atau tidak sempurna. Berikut
contoh beberapa ordo dalam kelas Insecta: (Radiopoetro, 1996).
a) Subkelas
Apterygota
1) Ordo Protura
Protura memiliki tubuh sangat kecil
(panjang sekitar 1,5 mm), hidup di darat, tidak bersayap, tidak punya mata,
tanpa antena, tipe mulut mengisap, kaki pendek. Hewan ini hidup di sampah yang
membusuk, di bawah kulit batang membusuk. Contoh: Acerentulus sp. (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo Thysanura
Thysanura memiliki tubuh kecil
(panjang sekitar 30 mm), hidup di darat, tidak bersayap, antena panjang, kaki
2-3 ruas, bagian belakang abdomen terdapat 3 alat tambahan panjang. Hewan ini
merupakan pemakan selulosa pada kertas. Contoh: Lepisma saccharina (kutu buku) (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo
Collembola
Collembola tubuh kecil (panjang 2 –
5 cm), tidak bersayap, antena sedang (terdiri empat ruas), kaki terdiri atas
satu ruas. Pada bagian abdomen terdapat alat tambahan untuk meloncat (furcula).
Tipe mulutnya mengunyah, mata majemuk, tidak mengalami metamorfosis. Hewan ini
hidup di bawah dedaunan, lumut, kulit kayu, dan batu. Contoh: Entomobrya laguna (ekor loncat), Papirus
fuscus (kutu kebun) (Radiopoetro, 1996).
b) Subkelas Pterygota
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera merupakan insekta
peloncat, femur kaki berukuran besar. Sayapnya dua pasang, sayap depan lurus,
kaku dan menyempit, adapun sayap belakang (dalam) tipis seperti membran. Saat
tidak terbang terlipat berlapis-lapis. Hewan ini memiliki mata tunggal atau
majemuk, antena berukuran sedang atau panjang. Mulut hewan ini berfungsi untuk
menggigit. Orthoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Valanga nigricornis (belalang), Gryllus sp
(jangkrik), Periplaneta americana sp (kecoa) (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo
Dermaptera
Ukuran tubuh Dermaptera bervariasi,
dari ukuran kecil sampai cukup besar. Antena cukup panjang dan ramping. Hewan
ini bersayap dua pasang, sayap depan mengeras (disebut elytra), sayap belakang seperti selaput (disebut tegmina). Saat istirahat sayap belakang
tertutup oleh tegmina. Bagian belakang abdomen Dermaptera terdapat penonjolan
seperti capit, terutama pada Dermaptera jantan. Tipe mulutnya mengunyah. Hewan
ini mengalami metamorfosis tidak sempuna. Hidupnya bersembunyi di celah-celah
bebatuan, memakan dedaunan atau insekta lain.Contoh: Forficula auricularia (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo Isoptera
Isoptera memiliki tubuh lunak,
bagian kepala besar dan berkitin, berukuran kecil sampai sedang. Hewan ini
hidup dalam koloni besar, terdapat polimorfisme (koloni dengan beberapa bentuk
dan tugas yang berbeda-beda). Rahangnya besar dan menonjol, mempunyai sayap dua
pasang berukuran sama panjang. Setelah dewasa, Isopter menanggalkan sayapnya.
Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Reticuli termes
(rayap kayu dan tanah), Kolotermes sp
(rayap kayu kering), Zootermes sp (rayap kayu basah), Amitermes sp (rayap tanah kering), Macrotermes sp (rayap pembentuk rumah tanah/termitarium)
(Radiopoetro, 1996).
4) Ordo Anoplura
Anoplura berupa serangga kecil
(sekitar 6 mm), tak bersayap, ektoparasit pada mamalia, tubuh agak pipih. Kaki
pendek, kuat, tipe mulut mengisap. Antena pendek, tak ada mata, dada bersatu,
tarsi pendek (1 ruas), Anoplura metamorfosis sempurna. Contoh: Pediculus humanus capitis (kutu rambut kepala), Pediculus humanus corporis (kutu rambut
badan) (Radiopoetro, 1996).
5) Ordo
Homoptera
Homoptera serangga kecil atau
sedang, sayap dua pasang, dasar sayap tidak pernah mengeras. Tipe mulut
mengisap karena makanan berupa cairan tumbuhan. Homoptera mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Jika dalam keadaan terlipat panjang sayapnya
melebihi tubuhnya. Contoh: Aphis
medicaginis (kutu daun).
6) Ordo
Hemiptera
Hemiptera termasuk serangga kecil
sampai sedang, sayap dua pasang atau tanpa sayap. Tipe mulutnya menusuk dan
mengisap, makanan berupa cairan tumbuhan atau hewan lain. Bagian depan sayapnya
menebal, bagian distal tipis seperti membran. Bagian protoraks hewan ini bebas
dan besar. Hemiptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh Nilavarpata lugens (wereng), Laptocarixa
acuta (walang sangit), Ranatra sp (kalajengking air), Cimex lectularius (kutu
busuk) (Rusyana, 2014).
7) Ordo
Odonata
Odonata termasuk insekta besar, tubuh memanjang,
kepala dapat digerakkan bebas. Odonata mempunyai mata faset berukuran besar,
terdiri dari 30.000 omatidia. Sayapnya dua pasang, memanjang, transparan dengan
venasi yang jelas. Ujung abdomen kecil memanjang seperti ekor, hewan ini
mengalami metamorfosis tidak sempurna. Fase nimfa hidup di air, setelah dewasa
dapat terbang. Contoh: Aeshna sp
(capung) (Radiopoetro, 1996).
8) Ordo Neuroptera
Neuroptera merupakan Insekta
berukuran kecil sampai besar, tubuh memanjang, antena panjang. Neuroptera
adalah predator yang mempunyai tipe mulut untuk mengunyah. Mata besar, Abdomen
sempit dan panjang. Sayap besar, dua pasang, bervenasi seperti jala. Neuroptera
mengalami metamorfosis sempurna. Contoh: Chrysopa
oculata (lalat bermata emas), Myrmeleon frontalis (undur-undur) (Radiopoetro,
1996).
9) Ordo
Lepidoptera
Tubuh Lepidopetera berukuran kecil
sampai sangat besar (3 – 250 mm). Sayap dua pasang, besar, dilapisi sisik atau
semacam serbuk, memiliki pola warna beraneka ragam. Antenanya panjang,
tergulung rapi di bawah kepala. Lepidoptera mempunyai tipe mulut pengisap,
maksila (rahang atas) bersatu
membentuk proboscis untuk mengisap madu. Hewan ini mengalami metamorfosis
sempurna, larva berupa ulat dengan kelenjar sutera untuk membentuk
kokon. Contoh Bombyx mori
(kupu-kupu, kokonnya menghasilkan ulat sutera), Attaus atlas (kupu-kupu ulat
sutera), Potoparce sexta (kupu tomat) (Radiopoetro, 1996).
10) Ordo
Diptera
Diptera berupa insekta berukuran
kecil sampai sedang dan termasuk hewan diurnal (aktif malam hari). Sayap
sepasang (2 buah), transparan, berpangkal pada mesotorak. Sayap pada metatoraks mengalami modifikasi menjadi
semacam pemukul/halter. Tipe mulut menusuk, mengisap, dan menjilat, berbentuk
semacam proboscis.
Diptera mengalami metamorfosis sempurna.Contoh Musca domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah),
Tabanus sp (lalat kandang), Anopheles
sp (nyamuk Malaria), Aedes aygepti (nyamuk
demam berdarah), Culex sp (Radiopoetro, 1996).
11) Ordo
Siphonoptera
Siphonoptera termasuk insekta kecil,
tidak bersayap, pandai melompat. Abdomennya besar, kepala dan dada kecil. Tipe
mulut menusuk dan mengisap. Hewan ini bersifat ektoparasit pada burung,
mamalia, reptilia. Siphonopetera mengalami metamorfosis sempurna, pupa dalam
kokon. Contoh: Pulex iritans (pinjal
manusia), Ctenocephalus canis (pinjal anjing), Ctenocephalus felis (pinjal
kucing), Xenopyllacheopsis (pinjal tikus) (Radiopoetro, 1996).
12) Ordo
Coleoptera
Coleoptera berupa serangga kecil
sampai besar. Tubuhnya keras. Sayap dua pasang, sayap depan keras (elytra), sayap belakang tipis seperti
membran. Sayap Coleoptera terlipat ke dalam saat istirahat. Coleoptera
mengalami metamorfosis sempurna, larva seperti cacing. Contoh: Necrophorus sp (kumbang sampah), Coccinela
sp, Hippodamia sp (kumbang predator hama tumbuhan), Lytta vesicatoria (kumbang
Spanyol) (Rusyana, 2014)
13) Ordo
Hymenoptera
Hymenoptera berupa serangga
berukuran kecil sampai besar, hidup berkoloni meski ada yang soliter. Sayap dua
pasang, seperti membran. Tipe mulutnya mengunyah dan menjilat, mata besar.
Hymenoptera mengalami metamorfosis sempurna, larva dalam kokon. Contoh: Apis indica, Apis mellifera (lebah madu),
Monomorium sp (semut hitam), Vespula maculate (Jawa: tawon endas)
(Radiopoetro, 1996).
e) Myriapoda
Hewan yang tergolong kelas Myriapoda memiliki banyak segmen tubuh, dapat
mencapai 100 – 200 ruas. Tubuh terdiri dari kepala yang kecil, berada pada ruas
pertama, dan perut yang pada tiap ruasnya memiliki sepasang atau dua pasang
kaki. Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Pada bagian kepala
hewan ini terdapat sepasang mandibula
dan dua pasang maksila.
Kelas ini terdiri dua, yaitu: (Radiopoetro, 1996).
a) Chilopoda
Tubuh Chilopoda agak pipih (gepeng),tubunya bersegmen-segmen atau beruas, tiap ruas tubuh terdapat sepasang kaki. Di
bagian kepala terdapat sepasang antena panjang dan semacam cakar yang berbisa.
Chilopoda merupakan hewan karnivora.Contohnya Scolopendra sp (kelabang) (Rusyana, 2014).
b) Diplopoda
Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini
menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya membela diri dengan cara
menggulung tubuhnya, Diplopoda merupakan herbivoraContoh: Spirobolus sp (luwing) (Rusyana, 2014).
f) Arachnida
Arachnida tubuh terdiri dari bagian kepala-dada yang menyatu (sefalotorak) dan perut (abdomen) yang bulat. Kepala kecil, tanpa
antena, terdapat beberapa mata tunggal (oceli).
Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Mempunyai kaki empat
pasang yang terdapat pada sefalotorak. Pada sefalotorak terdapat alat tambahan
berupa sepasang kelisera yang beracun dan sepasang palpus. Pada ujung posterior
abdomen, sebelah ventral anus terdapat sutera dan bermuara pada alat serupa
pembuluh yang disebut spinneret.
Makanannya berupa cairan tubuh hewan lain dan diisap melalui mulut dan
esofagus. Jenis kelamin terpisah, fertilisasinya terjadi secara internal. Telur
yang telah dibuahi diletakkan dalam kokon-kokon sutera yang dibawa ke mana-mana
oleh hewan betina. Contoh: kalajengking, laba-laba (Rusyana, 2014).
Beberapa hewan yang termasuk Arthropoda berikut ini mempunyai peranan dalam
kehidupan manusia.
a.)
Crustacea
Sebagai
sumber protein hewani dan bernilai ekonomis tinggi. Contoh: udang, kepiting,
lobster. Sebagai sumber makanan ikan, terutama Microcrustacea yang merupakan
komponen penting pembentuk zooplankton (Radiopoetro, 1996).
b.)
Myriapoda
Membantu
proses penguraian sampah organik, karena kemampuannya memakan partikel-partikel
sampah (detritus) menjadi partikel
yang lebih kecil. Contoh: luwing/lipan (Radiopoetro, 1996).
c.)
Arachnida
Umumnya Arachnida merugikan, karena: Sebagai ektoparasit
pada hewan, hewan ternak. Contoh: caplak. Sarangnya menyebabkan rumah menjadi
kotor.Contoh: laba-laba (Radiopoetro, 1996).
d.)
Insekta
Insekta terdiri dari spesies yang
sangat beragam. Oleh karena itu peranannya dalam kehidupan manusia juga beragam
(Radiopoetro, 1996).
2.3 Mengutungkan dan merugikan
a. Menguntungkan
Menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi manusia. Contoh: lebah madu menghasilkan madu, kokon
ulat sutera menghasilkan serat sutera. Membantu proses penyerbukan/polinasi
tanaman. Contoh: kupu-kupu, lebah.Sebagai musuh alami hama tanaman. Contoh:
kepik memakan kutu daun. Membantu proses degradasi sampah organik. Contoh:
kumbang kotoran, larvanya membantu degradasi sampah organik berupa kotoran
ternak. Sebagai media pengobatan berbagai penyakit. Contoh: lebah hutan (Aphis mellifera) dimanfaatkan sengatnya
untuk terapi berbagai macam penyakit, dan telah terbukti dapat membantu
penyembuhan berbagai penyakit, salah satunya adalah teknik Aphiterapi, yaitu
terapi menggunakan media lebah. Sumber protein hewani.Contoh: belalang kayu ada
yang memanfaatkannya sebagai makanan (Radiopoetro, 1996).
b. Merugikan
Sebagai
vektor (agen penular) berbagai penyakit.
Contoh: nyamuk Anopheles sp, nyamuk Aedes aygepti, nyamuk Culex sp, lalat tsetse, lalat tabanus, dan lalat rumah. Merusak
tanaman budidaya. Contoh: ulat/larva Lepidoptera memakan berbagai dedaunan,
kumbang kelapa memakan . bagian pucuk pohon kelapa, walang sangit mengisap cairan
biji padi yang masih muda (Radiopoetro, 1996).
Menurut
Prianto (2007), walaupun kepiting mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam
tetapi seluruhnya mempunyai kesamaan pada bentuk tubuh. Seluruh kepiting
mempunyai chelipeds dan empat pasang kaki jalan. Pada bagian kaki juga
dilengkapi dengan kuku dan sepasang penjepit, chelipeds terletak di depan kaki
pertama dan setiap jenis kepiting memiliki struktur chelipeds yang berbeda-beda. Chelipeds
dapat digunakan untuk memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit
kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh. Di samping itu, tubuh
kepiting juga ditutupi dengan Carapace. Carapace merupakan kulit yang
keras atau dengan istilah lain exoskeleton
(kulit luar) berfungsi untuk melindungi organ dalam bagian kepala, badan dan
insang.
BAB
III
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pada pelaksanaan
praktikum tentang antrophoda ini di
laksanakan pada hari Rabu, 11 Mei 2016 pukul 10.00 – 12.00 WIB. Di laboratorium
Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Raden
Fatah Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
untuk praktikum yaitu;steroform, dan sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu; udang (Cambarus), kelabang (Lithobius forficatus), kaki seribu (Keluing), dan belalang (Valanga).
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1.
Siapkanlah bahan-bahan yang akan di
gunakan
2.
Siapkan steroform dan letakanlah
masing-masing bahan tersebut di atas
steroform
3.
Amatilah bagian-bagian morfologi dari
setiap hewan tersebut
4.
Gambar dan tulislah morfologi hewan
tersebut dengan baik dan benar.
BAB
VI
HASIL
DAN PEMBAHSAN
4.1
Hasil
Tabel
1. Pengamatan marfologi Udang ( Camburas)
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Mata
2.
Kaki rahang
3.
Perut
4.
Sefatorokak
5.
Telson
6.
Urapoda
7.
Kaki jatan
8.
Karapak
9.
Seliped
10. Antenula
11. Anteana
12. Mandila
13. Maksila
14. Scapocerix
|
|
Gambar 1. Udang ( Camburas)
(Sumber: Rusyana, 2014)
|
|
Tabel
2. Pengamatan marfologi Kepiting (Saccalina)
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Mata
2.
Dactylus
3.
Propodus
4.
Carpus
5.
Merus
6.
Kaki renang
7.
Kaparaks
8.
Kaki jalan
9.
Tulang dada
10. Abdomen (kaki
perut)
11. Alaat
reproduksi jantan dan betina
12. Mulut
|
|
Gambar
2. kepiting (saccalina) (Sumber:
Rusyana, 2014)
|
|
Tabel
3. Pengamatan marfologi Kelabang (Lithobius
Forficatus)
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Segmen kecil
2.
Segmen
besar
3.
Kaki
4.
Cakar racun
5.
Antena
|
|
Gambar 3. kelabang (lithobius forficatus) (Sumber: Rusyana, 2014)
|
|
Tabel
4 . Pengamatan marfologi Belalang (Valanga)
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Mata majemuk
2.
Antena
3.
Coxa
4.
Trochenter
5.
Tarsus
6.
Femur
7.
Tibia
8.
Spiraclie
9.
Ovis positor
10. Sayap
11. Mambran
tymparum
|
|
Gambar 4. Belalang (Valanga) (Sumber: Rusyana, 2014)
|
|
Tabel
5. Pengamatan marfologi Keluing (Jalus virgatus)
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
|
1.
Antena
2.
Kaki
|
|
Gambar 5. KELUING (Jalus virgatus) (Sumber: Rusyana, 2014)
|
|
4.2 Pembahasan
Kelas crustacea yang hidupnya menepati di perairan dan
air tawar maupun laut. Bernaafapas dengan menggunakan ingsang, tubunya terbagi
menjadi kepala, dada dan perut kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Kepala bisaya terdiri
dari emapat segmen yang bersatu, pada bagian kepala terdapat dua pasang
anteana, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang makila (rahang
kedua). Bagian dada mempunyai embelan
dengan jumlah yang berbeda-beda yang di natranya ada yang berfungsi
sebagai alat gerak. Segmen perut umunya sempit dan lebih mudah di gerakan
disebandingkan dengan bagian kepala dan dada. Contohnya yaitu pada udang, dan
kepiting.
Berdasarkan tubuh bagian dalam,
mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh, (Gambar 2).
Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan
dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar
yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan
kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang
diperoleh dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek,
2008).
Menurut Prianto (2007), bagian tubuh kepiting
juga dilengkapi bulu dan rambut sebagai indera penerima. Bulu-bulu terdapat
hampir di seluruh tubuh tetapi sebagian besar bergerombol pada kaki jalan.
Untuk menemukan makanannya kepiting menggunakan rangsangan bahan kimia yang
dihasilkan oleh organ tubuh. Antena memiliki indera penciuman yang mampu
merangsang kepiting untuk mencari makan. Ketika alat pendeteksi pada kaki melakukan
kontak langsung dengan makanan, chelipeds dengan cepat menjepit makanan
tersebut dan langsung dimasukkan ke dalam mulut. Mulut kepiting juga memiliki
alat penerima sinyal yang sangat sensitif untuk mendeteksi bahan-bahan kimia.
Kepiting mengandalkan kombinasi organ perasa untuk menemukan makanan, pasangan
dan menyelamatkan diri dari predator.
Menurut Prianto (2007) dilihat dari
sistematikanya Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebarannya terdapat
di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di
berbagai kolom di setiap perairan. Sebagian besar kepiting yang kita kenal
banyak hidup di perairan payau terutama di dalam ekosistem mangrove. Beberapa
jenis yang hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster
dan kepiting bakau. Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif mencari
makan di malam hari nocturnal (Prianto, 2007).
Kepiting termasuk dalam beberapa
suku (familia), Portunidae dan seksi (sectio)
Brachyura. Cukup banyak jenis yang termasuk dalam suku ini. Tetapi dari sekian
jenis ini, hanya ada beberapa saja yang banyak dikenal orang karena biasa
dimakan, dan tentu saja berukuran agak besar. Jenis yang tubuhnya berukuran
kurang dari 6 cm tidak lazim dimakan karena terlalu kecil dan hampir tidak
mempunyai daging yang berarti. Beberapa jenis yang dapat dimakan ternyata juga
dapat menimbulkan keracunan (Nontji, 2007)
Prianto (2007), mengatakan bahwa di
seluruh dunia terdapat lebih dari 1000 spesies kepiting yang dikelompokkan ke
dalam 50 famili. Sebagian besar kepiting hidup di laut, tersebar di seluruh
lautan mulai dari zona supratidal hingga di dasar laut yang paling dalam.
Sebagian jenis kepiting ada yang hidup di air tawar. Keanekaragaman kepiting
yang paling tinggi ada di daerah tropis dan di selatan Australia, disini lebih
dari 100 jenis kepiting telah diidentifikasi.
Seperti hewan air lainnya reproduksi
kepiting terjadi di luar tubuh, hanya saja sebagian kepiting meletakkan
telur-telurnya pada tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya segera
melepaskan telur sesaat setelah kawin, tetapi sang betina memiliki kemampuan
untuk menyimpan sperma sang jantan hingga beberapa bulan lamanya. Telur yang
akan dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat (bagian tubuh) penyimpanan
sperma. Setelah telur dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan pada bagian
bawah perut (abdomen). Jumlah telur
yang dibawa tergantung pada ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat membawa
puluhan hingga ribuan telur ketika terjadi pemijahan. Telur ini akan menetas
setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru) yang dikenal
dengan “zoea”. Ketika melepaskan zoea
ke perairan, sang induk menggerak-gerakkan perutnya untuk membantu zoea agar
dapat dengan mudah lepas dari abdomen. Larva kepiting selanjutnya hidup sebagai
plankton dan melakukan moulting beberapa kali hingga mencapai ukuran tertentu
agar dapat tinggal di dasar perairan sebagai hewan dasar (Prianto, 2007).
Kelas onychopora heawan ini meiliki kulit yang tipis, tidak
bersegmen, dinding tibih berotot, terdapat sepsang rahang, dan sebaris tulang nepridium, panjang nya kurang lebih l5
cm. Contohnya paritus. Dan hean ini tidak di kenal maka dari itu pratikum ini
tidak membahasnya.
Kelas chilopoda tubunya pipih dan bersegmen-segmen .
jumlah segmenya tersebut tidak sama tergantung pada jenis spesiesnya , yatu
berkisar 15-17 segmen. Tiap segmen mempunyai sepasang kaki kecuali dua segmen
terahir dan sebuah segmen di belakang kepala. Pada segmen di belakang kepala
tersebut terdpat sepasang cakar beracun yang di sebut maxiletped. Contohnya pada kelas ini kelabang (liyhobius farficatus). Heawan ini bertahankan dari musuhnya dengan
cara menyeburkan racun, agar dapat mengdindari dari musuh. Racun yang terdapat
di ekornya.
Kelas disopoda tubunya bulat panjang dan terdiri
25-100 segmen atau lebih beratung jenis spesiesnya. Setiap segmen tepatnya dua
pasang embelan dan satu pasang antena. Contohnya pada keliuing (jalus virgatus). Heawan ini mempertahankan setrangan dari musuh dengan cara membuatkan
bdannya, atau membuat macam lingkaran. Fungsi antenanya yaitu agar dapat
mencium bauk yang kurang sedap atau tak sedap.
Kelas inseta tubunya
terbagi atas kepala, dada dan perut. Kepala mempuyai satu pasang antena dan
tiga pasang kaki, biasnya terdapat satu atau dua pasang sayap pada tinkat
dewasa. Inseta merupkan hewan yang
paling besar jumlahnya di bandingkan dengan hewan-heawan yang lain. Dapat hidup
di semua tempat. Hewan ini memakan daun-daunan atau tumbuhan. Cara
mempertahankan diri dari serangan musuh dengan cara terbang. Contohnya pada
belalang (valanga).
BAB
V
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang
berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Antropoda ini di bagi menjdai enam kelas yaitu crustacea, onycphora,
aracholdea, olilopoda, diplipoda, dan inseta. Tetapi kdang-kadang kelas
Chilopoda dan Diplopoda. Contonya pada Kelas crustacea yang
hidupnya menepati di perairan dan air tawar maupun laut. Bernaafapas dengan
menggunakan ingsang, tubunya terbagi menjadi kepala, dada dan perut
kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Kepala bisaya terdiri dari emapat segmen yang
bersatu, pada bagian kepala terdapat dua pasang anteana, satu pasang mandibula
(rahang pertama) dan dua pasang makila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai
embelan dengan jumlah yang berbeda-beda
yang di natranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen perut umunya
sempit dan lebih mudah di gerakan disebandingkan dengan bagian kepala dan dada.
Contohnya yaitu pada udang, dan kepiting.
1.2 Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan yaitu, dalam pengmatan untuk
mengetahui marfologi hewan, hendaknya berhati-hati dengan bahan yang di pakai
contonya kelabang, kelabang yang mempunyai racun dapat menyaburkan racunya dan
hiandari bauk pembius yang di pakai karena dapat menyebabkan bahaya.
DAFTAR PUSTA
Nontji. A. 2007.
Laut Nusantara. Penerbit
Djambatan : Jakarta
Prianto, E.
2007. Peran Kepiting sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem
Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum. Banyuasin.
Radiopoetro, 1996.
Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Rusyan, adun.2014. Zoologi
invertebrate (teori dan praktik). Alfeta. Bandung.
Shimek, R.L.
2008. Crabs, (Online). Website :
www.reefkeeping.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 15.30 wib
Komentar
Posting Komentar